Langsung ke konten utama

Postingan

Pithecantropus Blanksakus

2 bulan lalu dia berubah menjadi batu. Otaknya padat, pikirnya melambat. Kasihan dia, tahi ayam disangka coklat. Saking lowong hatinya jadi tempat keramat. Bau dupa dan bunga 7 rupa. Selain pada sabun, rindu sudah tak terukur pada siapa. 1 bulan kemudian dia berubah menjadi mesin cuci. Kepalanya rimbun ditumbuhi mimpi-mimpi. Sampai-sampai mimpi oranglain pun dia beli. Dibingkai dan dipajang dalam hati. Tentang dia dan seseorang yang memakai stelan yang rapi pada suatu resepsi. Semoga tidak terlalu dini, karena malam ini dia akan bermimpi terbang naik seekor sapi. Menemui seseorang di langit yang sedang menanak nasi. Untuk makan bersama dalam jamuan cinta kasih. Bulan ini dia berubah menjadi seblak. Setelah berdamai dengan semua angan dan alur cerita yang amat somplak. Seperti keyakinan seorang petani ganja, dia berharap apa yang ditamannya tidak menjadi blangsak. Ketangguhannya diuji ketika rindu tiba-tiba nabrak. Gubraaakkk!!! Hatinya remuk ditimpuk gumpalan sempak.
Postingan terbaru

Pithecantropus Decembiostis

Hari yang cerah berangsur menuju temaram. Di taman kota dia duduk sendiri. Menikmati udara segar hasil produksi knalpot motor dan mobil. Nikmatnya sore itu. Polusi yang tinggi, sampah yang berserakan rapi, dan wangi air got yang hitam pekat seperti kopi. Sungguh cantik. Indahnya cinta yang tak terbalas, dan manisnya sakit hati, semua dilahap dengan keterbukaan diri dan bersyukur tinggal di bumi. Bumi yang menjadi tempat kita berjumpa. Dengan dusta, dosa, sakit hati, rindu, cinta dan kecewa. Begitu senangnya ketika kau katakan putus, akhiri hubungan cinta. Atau begitu riang gembira dikala mendapatkan penolakan pada proposal cinta. Biarlah semua terjadi seperti bagaimana seharusnya terjadi. Angin barat, angin timur, angin selatan, angin utara. Kita pasti tegar menghadapi semuanya walau pasti masuk angin. Desember yang genting. Selesai hujan dia duduk menikmati snek ketring. Memandangi ponsel yang tak kunjung berdering. Pesannya ternyata pending. Desember. Hati dan dadanya jadi meriang. H...

Pithecantropus Novocalosis

Keras benar kepalanya. Dihantam palunya Thor pun tak akan menggoyahkan isi pemikirannya. Palunya retak, dirinya tetap tegak. Sebuah kelapa dikupas dari kulitnya. Airnya di minum, dagingnya di kunyah. Bercampur susu kental manis dan sedikit rasa gundah. Dinikmati ketika malam hari pada bulan maulid. Menambah energi, mengurangi racun yang di dapat dari polusi. Hati yang suka tiba-tiba resah, semoga jadi lunak, nyaman dan lembut seperti softex. November. Jangan ragu. Kalau kau tak suka, muntahkan saja. Jika suka, telan dan bayar makanannya. Bulan ini mulai hujan mengguyur. Basahnya, basah. Seperti basah yang basah. Dan kadang panasnya, panas. Seperti panas yang panas. Seperti kasih yang belum kau temui, dan cinta yang terkadang berubah dingin. Itu bagian dari rangkaian perjalanan menggapai mimpi. Dan angin berdesir pelan di gunung karang. Menggibaskan poni ketika kau berjalan santai. Hei awan turunlah kesini. Biar aku bisa merasakan dekapmu dan tertidur dipangkuanmu persis seperti di TV. ...

Pithecantropus Octosilitus

Tiba-tiba dia bergegas menggulung lengan bajunya. Komat-kamit dipikirannya. Kursi dirapikan, teh manis diletakan di meja kaca. Memburu kata yang keburu kabur. Keadaan dan perasaan sedang mendukung. Bismillah, inilah waktunya untuk berkeluh kesah di media sosial. Berharap kasih dari para pembaca. Oktober. Kamu hampir habis. Tinggal beberapa jam saja, kamu berubah jadi bulan lahirnya si nova atau novi. Mungkin juga si geri. Bulan yang dia mulai dengan berkeyakinan bahwa seekor ikan tidak mungkin sanggup memesan ojek online karena tidak punya kuota. Bulan yang selalu dia amini bahwa suatu saat kisah kasih hidupnya lebih cemerlang dari para penikmat harta ayah bunda. Oktober. Tenanglah. Selalu ada pelangi setelah hujan. Nikmati saja dulu susu hangat yang dia seduh sebelum kau tidur. Tidurlah dengan nyaman. Walau esok yang disuguhkan hanya ketiadaan. Tenggak saja. Jangan takut akan masa depan! Semuanya akan terasa kenyang karena yang kau telan adalah sebuah ketulusan.

Pithecantropus Jodohuensis

Halo matahari, apa kabarmu di langit? Sabar dan betahlah kau disana. Jangan turun ke bumi nanti kami jadi merana. Bumi tempat kami tinggal, berkembang biak, buang air dan makan. Hai matahari, semoga kamu sendiri tidak kepanasan. Seorang manusia mencari ilham. Demi yang ideal dan pengertian. Kopi dan senja tidak akan pernah mengenyangkan. Dengan punggung dibalur handbody dan minyak angin cap lang, menanti kasih untuk dijadikan tempatnya pulang. Apa yang kau lakukan ketika dada dan kepalamu runyam? Perut kembung dan pandangan kunang-kunang. Meregang asa saat kerokan. Berharap buang angin berdurasi panjang. Angin ini angin perubahan. Cinta sudah ada sebelum kamu memintanya kepada tuhan. Suatu hari kau pasti temukan. Orang bego yang matanya kelilipan karena memilihmu untuk dia sayang.

Pithecantropus Hiatus

Sementara blog ini bingung mau nulis apa. Banyak yang ingin diucap, ternyata susah untuk dicatat. Sampai jumpa di hari lain. Diwaktu kita saling berbagi rindu, kasih dan cinta. Diwaktu kita saling mengerti satu sama lain.

Pithecantropus Aprimeiramadanus

Aku marah pada batu. Ku hujat, ku caci, dan ku ludahi, dia tetap bisu. Batunya tetap membatu. Mati kutu. Bagai keteguhan hatimu. Yang tak goyah walau ribuan lelaki klimis meminta darahmu. Kau memilihku. Seseorang yang senang dengan makan sorabi sewaktu subuh. April terlewat dengan lupa. Burung-burung terbang dalam udara yang cerah. Satu burung hinggap di celana. Mengeram menunggu di deportasi ke sarangnya. Menanti kasih membelai mesra. Mei dan ramadan sedang berjalan. Di akhir ramadan, orang itu gugup menjelang adzan. Tentang apa yang nanti akan dia hidangkan. Tumis bolham atau sop kaki meja sambal belacan? Semoga semuanya kenyang dan senang, walau yang disuguhkan hanya ketiadaan.