Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Pithecantropus Dandanicus

Memulai berbaikan lagi dengan badan, dengan hati, dengan perasaan. Mulai lagi dengan cermin saling berpandangan. Yah, serem juga awalnya, tapi tetep bangga dengan kejelekkan muka. Berdandan rapi, tapi tak dibedaki karena aku lelaki. Belajar menghargai diri sendiri. Ya aku normal... Biar yang tertinggal, tinggal kenangan, Luka menganga, atau rindu berlirik indah, Biar yang tersimpan, di penyempitan perih, Subur mimpi yang berseri, Seperti bangun tidur dikelilingi ribuan peri, Atau dicium Pevita Pearce bertubi-tubi

Pithecantropus Hatikoesplus

Kita bicara tentang hati Mendengarkanmu dengan hati Memadang sefokus hati Berkentut selembut hati Baunya sampai ke hati Lalu berhati-hati bermain hati Biar tidak tersakiti hati Adakah jiwa setulus hati Mungkin dia, mungkin kamu, mungkin kita, sedang mencari hati Sedang menanti pujaan hati

Pithecantropus Medussa

Rasanya aku ingin diguyur hujan Sampai membasahi daleman Sampai aku tak merasakan lagi hinaan Sampai aku katakan "aku senang, aku menang" Daun singkong yang hijau tua disamping rumah Tempat aku membahas soal cinta Pipis disitu sambil mengingatnya Hey, lihatlah aku pipis lepas tangan saja bisa Oh Medussa... Tatap mataku sekarang juga Kita lihat siapa yang duluan membatu Apakah mimpiku, atau kamu yang selalu memangku ragu?

Pithecantropus Clocksian

Kasihan yg hidupnya diatur waktu Mereka berlari tak jelas apa memang itu yg diingini Kitalah penguasa waktu Saling berkait mengais kepingan rindu Oh Rolex... Waktu telah hampir pukul tujuh Nanti malam aku ke rumah Katakan pada bapak aku bawa martabak coklat susu Salam sama ibuku, aku tak mau diperbudak waktu Kemarin, Sekarang, besok atau lusa Aku yakin tetap keren se-kece superman Kamu... Jadilah apa yang kamu mau

Pithecantropus Galaus

Galaus... Mukamu sekusut sempak terpampang di jemuran Rambut terurai seperti kemoceng bermekaran Lihatlah hujan diluar sana Sama sepertimu yang meratap duka Galaur... Kamu bertanya pada hujan, "Apa setelah ini ada pelangi?" Iya tentu saja, pelangi selalu ada Ada dihatimu, diantara kepingan upil dimatamu juga Galaut... Cobalah bijak dengan perasaan Cuci muka dengan sabun dan autan Biar wangi menutupi keresahan hati Selalu yakin, setelah badai ada pelangi Tenanglah... tenang... sayaaang .. Ombilahom... Kurubah kau jadi pejuang

Pithecantropus Monyoniensis

Sayang, apakah aku monyong? Tidak kan Sayang? Tapi rasanya sama monyong denganmu Kamu nampak lebih monyong dari yang kukira Pantas saja namamu seindah cahaya bulan Vini, Vidi, Vici... Monyongku dan monyongmu adalah satu Suatu kemonyongan bisa mengenal dirimu