Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Pithecantropus Protectos

Lindungilah kami yang mulia Yang barusan dihantam badai masuk angin Setelah mengukur nasib mencari rezeki Esok kami coba lagi, berkahilah kami Lindungilah kami yang mulia Menantang matahari mengadu aji Dekap kami dalam hangat cinta Cinta yang bisa berubah menjadi Love jika orang Inggris mengatakannya Lindungi kami yang mulia Ibuku sudah tua, ayahku juga sama Karena sudah tidak remaja sejak dinikahkan cinta Kuatkan kami anaknya untuk membahagiakan mereka Lindungi kami yang mulia Kami akan menaklukan dunia Ongkosnya cukup do'a kedua orang tua Makan-minumnya cukup yang biasa dimakan manusia, dan enak tentunya Lindungi kami yang mulia Bersamamu kami merasa digdaya adikuasa

Pithecantropus Gitarilovensis

Gitarku bentuknya normal. Senarnya kalau dipetik masih merdu. Kalau digenjreng suka dimarahin Ibu. Berisik katanya. Teh hangat sudah manis. Gitar sudah dipeluk. Siap-siap nyanyi. Lagu apa? Lagu rindulaaah. Tapi lagu siapa belum tahu. Banyak lagu yang kuhafal tetapi tidak semua yang sesuai denganmu. Sesulit menebak rute pemikiranmu. Saat ini aku bernyanyi lagu cinta. Begini liriknya, "Na na na na na na na na na...". Kamu hafalkan? Ciptaanku terbaru untuk menempuh level terbaru dalam mencintaimu. Semoga kau suka. Karena kalau kau tidak, maka liriknya akan ku ganti, "No no no no no no no...". Terserah aku saja. Karena aku yang mencipta. Gitar dan cinta. Satu cangkir teh manis hangat diperaduan. Hari yang berdesing pusing. Setiap kali melihatmu adalah jatuh cinta untuk beribu kalinya. Mencintaimu adalah lagu yang paling merdu. Tanpa nada, tanpa syair, tanpa alasan, aku menyayangimu.

Pithecantropus Meirainicus

Selamat sore kekasih. Hujan juga kah ditempatmu sana? Disini hujan, kecil-kecil tapi banyak. Membuat basah kalau dikenainya. Kamu suka hujan? Aku suka. Kamu tidak? Soal kamu suka atau tidak itu urusan selera. Pernah sewaktu kecil aku disuruh Ibu beli gula. Saat itu hujan. Kupakai alat mutakhir penemuan hebat peradaban manusia pada era teknologi. Payung namanya. Yang suka dipakai Sarimin kalau pergi ke kota. Hujan, aku rindu. Duduk bersebelahan dengannya sewaktu risau, dan pelukan darinya adalah pendamai perang di hati juga kepala. Kamu tahu rasanya? Syukurlah kalau tahu. Kalau belum tahu, silakan dicari tahu. Iya. Aku manusia. Bisa ketawa dan sedih juga. Hujan, titip salam padanya. Aku cuma angin. Angin yang suka masuk ke badan dan membuat dia kerokan. Aku rindu. Cuma itu. Soal yang lain hal, nanti dibahas sewaktu ketemu.