Saat aku melihatmu, aku yakin, kamu adalah sesuatu dari sesuatu yang membuat sesuatu. Wujudmu mungkin biasa saja. Warnamu biasa saja. Rasamu pun satu rasa. Biasa saja. Walau digerus, ditumbuk, digiling kejamnya waktu. Rasamu tetap sama. Warnamu tetap sama. Wujudmu sama saja. Sama seperti biasa. Menggoda, menaikan selera, dan amat sangat patut diidamkan ketika beku. Di lain kesempatan, aku menemukanmu berubah. Bermacam wujud, warna, dan bahkan rasa. Perasaan ragu mengalir dalam benak, seraya bertanya, "Apakah itu dia?... Kenapa tak serupa dengan yang dikira?". Dalam beberapa momen, aku mungkin melupakannya. Namun menemukanku sendiri. Aku sendiri. Yang sepi. Tanpa variasi. Tanpa modifikasi. Ciptaan orisinil situasi, pandangan dan jangkauan yang stagnasi. Lalu aku mencarimu. Maaf, karena harus begitu kalau rindu. Kamu semacam obat mujarab ketika diare mengganggu. Akhirnya. Dan ternyata. Kamu tidak biasa saja. Tidak sama saja. Banyak wujud, warna dan rasa, karena waktu membuat be...